Rabu, 15 Desember 2010

Misteri Batu Lesung di Desa Tondey

Oleh: Iswan Sual

Pada hari Sabtu 11 April lalu, saya bersama tiga rekan mahasiswa yang berasal dari desa Tondey yaknie Vipy Sondakh, Hesky Kumayas, Iswadi Sual, Diego Kawengian (Ketua Kerukuanan Siswa Mahasiswa Tondey) secara suka rela berekspedisi ke batu Lesung dan beberapa batu lain yang menurut warga desa ada di sekitar kampung. Kami menemukan tiga batu lesung di tiga tempat yang berbeda.

Batu yang pertama yang kami datangi sering disebut orang sebagai batu Lesung. Sering juga disebut Batu Lutau (tembak/tembakan). Konon, batu ini mengeluarkan bunyi tembakan setahun sekali pada saat terjadi pergantian tahun. Saya sendiri belum pernah mendengar secara langsung batu ini mengeluarkan bunyi semacam itu. Padahal sewaktu kanak-kanak saya tinggal tidak kurang dari 100 meter dari letak batu Lesung ini. Saya bahkan sering bermain-main di batu tersebut.



Tidak banyak yang tahu namun batu misterius ini benar-benar ada. Batu ini terletak di desa Tondey Dua Kecamatan Motoling Barat Kabupaten Minahasa Selatan.
Batu ini dinamakan batu Lesung karena bentuknya memang mirip lesung yang biasa dipakai untuk menumbuk padi oleh masyarakat tradisional. Namun herannya batu ini, buat saya sendiri, terlalu besar dan tinggi untuk difungsikan sebagai tempat memisahkan beras dari sekamnya. Tingginya kira-kira 180 cm dari permukan tanah. Di sisi yang menghadap timur dan barat terdapat pahatan timbul gambar manusia. Gambar yang menghadap ke arah barat adalah gambar dari dua orang yang berpegangan tangan. Dari ciri-ciri gambar dapat disimpulkan bahwa yang satunya berjenis kelamin pria sedangkan yang satunya lagi


berjenis kelamin perempuan. Ukuran gambar yang menghadap ke barat kelihatan lebih kecil dari yang menghadap ke arah timur. Juga tidak berpegangan, melainkan kedua-duanya mengangkat tangan. Adakah pesan tersembunyi dari gambar di batu ini? Saya sering tanyakan ke diri saya dan ke teman-teman yang lain. Namun belum ada jawaban. Teman saya malah justru memberikan komentar: "ah ngana ini. Ngana pe kira-kira ini sama deng di Da Vinci Code."
Sebelum berangkat ke tujuan selanjutnya kami sempat membersihkan batu ini. Batu yang kedua yang kami cari dan temukan, terdapat di desa Tondey Induk, tepatnya di perkebunan Mawale (dulu perkebunan ini adalah bekas pemukiman masyarakat Tondey sebelum mereka pindah ke wilayah dimana desa ini berdiri sekarang). Dari ukurannya, batu ini lebih kecil dari batu Lutau. Posisinya tidak berdiri namun sudah roboh dan bagian bawahnya sebagian sudah terkubur dalam tanah
Batu yang ketiga ditemukan di kawasan persawahan di desa Tondey Dua. Namun keadaannya sudah rusak. Tapi masih berdiri tegak.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar